Ibadah Demi Sekeping Dunia
الحمدُ للهِ العظيمِ
الْمَنَّانِ، ذِي الطَّوْلِ والإحسانِ، أكرَمَنَا بالقرآنِ وهدَانَا للإيمانِ،
أحمدُهُ حمْدَ المؤمنينَ، وأشكرُهُ شُكْرَ الْمُتَّقِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، الواحدُ الأحدُ، الفَرْدُ
الصمدُ، لاَ والدَ لهُ ولاَ ولدَ، سبحانَهُ يُجيبُ مَنْ دعاهُ، ومَنْ سألَهُ
أعطاهُ، ومَنْ توكَّلَ عليهِ كفاهُ، أَمَرَ أَنْ لاَ نعبدَ إلاَّ إياهُ ،
وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ
اللهِ وَرَسُولُهُ، وصفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، أكمَلُ الناسِ إيماناً،
وأعظمُ الْخَلْقِ إحساناً، وأحظَاهُمْ فَضْلاً ورضواناً، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ
وبارِكْ عَلَى الهادِي البشيرِ، والسراجِ الْمُنيرِ، والرحمةِ الْمُهداةِ،
والنعمةِ الْمُسداةِ، وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى
يومِ الدِّينِ.
أَمَّا بعدُ:
فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ تعالَى، قالَ اللهُ عزَّ وجلّ " وَإِن
تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ"
Ma’âsyirol Muslimin
Rahimakumullah
Marilah kita selalu
bertaqwa kepada Allah SWT kapan, dimanapun dan bagaimanapun kondisi kita, baik
dalam keadaan susah maupun senang, sendirian atau di tengah banyak orang, yakni
dengan menjalankan segenap perintah Allah SWT, dan menjauhi segenap
larangan-Nya. Jika kita sungguh sungguh taqwa maka Allah akan memberikan jalan
keluar terbaik dari segenap permasalahan yang kita hadapi. Allah berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Barang siapa yang bertaqwa
kepada Allah, Dia akan menjadikan jalan keluar baginya (QS. At Thalaq : 2)
Ma’âsyirol Muslimin Rahimakumullah
DI TENGAH era yang serba
hedonis, glamour dan matrealis seperti saat sekarang ini, kebutuhan akan
peningkatan materi harta benda menjadi suatu hal yang sangat diidamkan oleh
setiap orang.
Mencari harta dunia dan
kekayaan menjadi tujuan dari setiap kegiatan dan aktivitas yang dilakukan.
Bahkan lebih dari itu, keuntungan materi duniawi telah menjadi tujuan utama dalam
hidupnya
Padahal alloh berkata
وما
خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Tidaklah aku ciptakan jin
dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaku
Fenomena tersebut dapat
ditangkap dari geliat sikap pragmatis yang semakin kental di tengah masyarakat.
Dengan hanya iming-iming beberapa lembar seseorang langsung tergiur untuk
melakukan hal-hal yang sarat dengan perkara haram.
Ada pula yang
menyalahgunakan ibadah sebagai sarana untuk menggapai obsesi dunianya.
Sholat dhuha, sholat
tahajut, puasa senin kemis, wiridan wiridan, ziarah ke makam wali, haji, umroh,
silaturrohim dan ibadah lainnya dilakukan dengan semangat, motivasi dan tujuan
utamanya untuk mendapat harta benda dunia dan kekayaan
Orang seperti ini, Tidaklah
dirinya mendekatkan diri kepada Allah melainkan hanya sekedar agar keinginan
dunianya bisa tercapai. Dengan menggunakan media ibadah
Ma’asyirol muslimin
rohimakumulloh
Pengaruh peradaban
matrealisme sejauh mana telah merasuki kehidupan kita ini dapat dilihat dari Seringnya
kita menjadikan pertimbangan duniawi menjadi perkara yang kita prioritaskan
dari pada pertimbangan ukhrowinya.
Mencari isteri atau suami misalnya,
bukan menggunakan pertimbangan yang sesuai petunjuk kanjeng nabi tapi
menggunakan kalkulasi keuntungan materi
Mencarikan pendidikan
anak, bukan dengan mempertimbangkan agar anak paham terhadap agamanya sehingga
anak tumbuh menjadi anak baik yang sholih, selamat dunia dan akhirat, tapi
menggunakan kalkulasi materi.
Memang tidak salah seratus
persen jika seseorang beribadah kepada Allah dengan mengharap kebaikan di dunia
dan di akhirat.
Karena Hakikat setiap
amalan ibadah yang diperintahkan dalam Islam mengandung kebaikan dan
kemashlahatan bukan hanya di akhirat kelak namun juga di dunia. Dari mulai
sholat hingga perkara silaturahmi merupakan ibadah agung yang sarat dengan
janji-janji kebaikan di dunia dan juga akhirat.
Namun yang menjadi masalah
manakala obsesi dan kecintaan yang berlebih lebihan terhadap dunia dan harta
benda yang mendominasi dalam ibadahnya.
Satu satunya yang
mendorong kita melakukan ibadah karena kerakusan memperoleh harta dunia, inilah
yang tidak boleh
Ma’asyirol muslimin
rohimakumulloh
Banyak orang yang tergiur
untuk mempraktekkan beberapa amalan ibadah karena manfaat dunianya. Namun
ketika manfaat dunianya tak kunjung tiba, dengan mudahnya ia meninggalkan
amalannya tersebut. Bahkan muncul keragu-raguan dalam dirinya akan kebenaran
janji Allah. Wal ‘iyaadzu billah.
Gejala beribadah hanya
sekedar untuk mencari sekeping dunia seperti ini juga pernah muncul pada
awal-awal Islam. Dahulu ada seseorang bernama Syaibah bin Robi’ah. Dirinya
mendatangi Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- sembari berkata : “doakanlah
untukku (wahai Muhammad) kepada Robbmu agar kiranya Dia menganugerahkan
kepadaku harta, onta, kuda dan anak laki-laki hingga aku nantinya mau beriman
kepadamu dan condong kepada agamamu”.
Lalu Nabi Muhammad
-shollallohu ‘alaihi wa sallam- mendoakan untuknya. Doa beliaupun dikabulkan
oleh Allah ta’ala. Maka dia dalam waktu singkat menjadi orang kaya .
Kemudian Allah ta’ala
hendak menguji keimanan Syaibah bin Robi’ah –sementara Allah Maha Tahu perihal
dirinya-. Dikurangilah sedikit demi sedikit harta dan karunia yang Allah
berikan kepadanya setelah dia berislam. Hingga akhirnya dia marah dan tidak
rela dengan ujian yang menimpanya lalu dia pun murtad keluar dari Islam.
Berkenaan dengan tingkah
laku beragama seperti Syaibah bin Robi’ah tersebut, maka Allah menurunkan firman-Nya
yag Mulia :
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ
ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan
di antara manusia ada yang menyembah Allah di atas keragu-raguan. Apabila dia
mendapatkan kebaikan tenanglah dirinya, dan jika ujian menimpanya, dirinya
langsung berbalik atas wajahnya. Dia merugi di dunia dan di akhirat. Demikian
itulah kerugian yang nyata”. (QS. Al Hajj : 11)
Imam Hasan al Bashri
berkata : “demikianlah ibadahnya seorang munafiq, dirinya menyembah Allah hanya
dengan lisannya tanpa hatinya”. Imam al Qurthubi menjelaskan; “Apabila dirinya
mendapatkan kebaikan berupa sehatnya badan dan kenyamanan hidup maka dirinya
ridlo dan mengerjakan perintah agama. Namun jika dirinya ditimpa ujian berupa
sakitnya badan dan sempitnya hidup berkurangnya kekayaan dia berbalik wajahnya
menjadi murtad kembali kepada kekufurannya yang dahulu”. (al Jami’ li ahkamil
quran juz 12 hal 340).
Orang seperti ini tubuhnya
ibadah kepada alloh tapi hatinya dipersembahkan untuk kekayaan,dan harta benda.
Dalam seluruh rongga
hatinya yang ada hanya harta kekayaan, duit dan uang terus.
Tidak mengherankan jika
kemudian Allah menyematkan label rugi bagi orang-orang yang bermain-main dengan
ibadahnya. Karena mereka telah menipu Allah dengan ibadahnya, sementara
tidaklah mereka menipu kecuali menipu dirinya sendiri. Di dunia dirinya rugi
karena penatnya ibadah dan di akhirat merugi dengan mendapatkan siksaan di
neraka.
Sikap inilah yang menjadi
sebab banyaknya pemurtadan, kekafiran dan kemunafikan di akhir zaman. Hanya karena sekeping dunia
seseorang rela melanggar hokum alloh, melepas atau menjual agamanya secara
disadari atau tanpa disadari. Sebagaimana sabda Nabi -shollallohu ‘alaihi wa
sallam- :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «بَادِرُوا
بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا
وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ
بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
Dari Abu Huroiroh bahwa
Rosulullah -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda : “bersegeralah kalian
beramal sebelum datangnya ujian-ujian, ujian itu seperti sepenggal malam yang
gelap gulita, seseorang di pagi harinya beriman di sore harinya menjadi kafir,
atau seseorang di sore harinya beriman, di pagi
harinya telah menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan sekeping dari
dunia”. (HR. Muslim)
Ma’asyirol muslimin
rohimakumulloh
Kalau kita perhatikan
ditengah-tengah kita pun banyak orang yang semula kaya, berkecukupan dan sehat
namun ketika dia lebih giat dalam beribadah, Alloh mengujinya dengan sakit atau
berkurangnya harta bendanya , pada saat demikian, ada orang yang tetap
istiqomah pada jalan taqwa dan ada pula yang kemudian berbalik arah
meninggalkan taqwa dan ibadahnya
Maka hendaknya kalau ada
saudara kita yang mengalami hal seperti itu, harus kita tengok, kita kunjungi
kita beri semangat agar dia tetap istiqomah dalam menjalankan ibadah, jangan
biarkan dia sendirian sehingga setan mudah mempermainkan dan mempengaruhinya
untuk meninggalkan ibadahnya
Demikianlah khutbah kami, Semoga
Allah menganugerahkan kepada kita sikap zuhud dan cinta akhirat. Kita berharap
pula agar ibadah kita bukan hanya sekedar mencari dunia tapi mencari cinta dan
ridho alloh, dan semoga Allah menerima amal ibadah kita.
اللهم
أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك…
Yaa Allah, tolonglah kami
untuk selalu ingat kepada-Mu, dan selalu mensyukuri-Mu serta ihsan dalam
beribadah kepada-Mu.
أَعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْم:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ
الذِّكْرِ الحْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ
فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ
0 komentar:
Posting Komentar