Tajsim dan Tasybih (untuk meluruskan aqidah kita)
Allah adalah Satu-satunya Wujud Sebenarnya, sedangkan semua selain-Nya adalah wujud relatif belaka. (bedakan wujud dan maujud)
Kali ini kita akan bahas " Tajsim dan Tasybih "
Tajsim adalah menisbatkan jisim/badan material kepada Allah, sedangkan tasybih adalah menyerupakan Allah dengan mahluk, Dalam versinya yang paling kasar, Tajsim dan Tasybih adalah menganggap suatu mahluk sebagai Tuhan Sang Pencipta.
Distorsi ini banyak menghinggapi agama-agama terdahulu. Kita tahu sebagian pemeluk Nasrani menganggap Isa AS sebagai Tuhan yang menampakkan Diri-Nya di bumi. Kita juga tahu sebagian orang-orang Yahudi pernah (mungkin sekarang juga masih) meyakini Uzair AS sebagai jelmaan Tuhan. Kita juga mafhum, orang-orang Budha percaya Sidharta sebagai Tuhan yang turun ke dunia, sementara orang-orang Hindu menganggap Tuhan itu punya jisim yang berupa Brahma, Syiwa dan Wishnu.
Dalam bentuknya yang paling halus, Tajsim dan Tasybih dicerminkan oleh pandangan-pandangan berikut:
• Menganggap Allah itu punya tangan dan kaki, meskipun gimana bentuknya hanya Allah yang tahu.
• Menganggap Allah benar-benar duduk di atas arsy, meskipun gimana Dia duduk adalah berbeda dg kita, dan hanya Allah yang tahu.
• Menganggap Allah itu turun (dari arsy) ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir untuk mendengarkan doa-doa para hamba-Nya.
• Dalam shalat, seseorang membayangkan Allah sebagai berupa sesuatu (bisa cahaya, atau tulisan الله atau mahluk khayalan yang bagus dll), meskipun orang itu tidak pernah dan tidak akan memberitahukan pembayangannya itu kepada orang-orang lain.
• Menganggap Allah itu ber-cakap-cakap langsung dengan Musa AS, dan bahwa Allah itu benar-benar hendak menampakkan diri-Nya kepada Musa AS.
• Menganggap jarak yang "sedekat dua busur panah atau lebih dekat lagi" antara Muhammad SAW dan Allah dalam peristiwa mi'raj itu adalah seperti itu.
• Menganggap bahwa Allah itu bisa kita lihat dengan mata fisikal kita, meskipun ini hanya akan terjadi di Surga nanti.
• Dan lain-lain, Tajsim dan Tasybih, sadar atau tidak bisa merasuki kita.
Lalu, apa salahnya Tajsim dan Tasybih?
Tajsim dan Tasybih kasar dengan mudah akan ditolak oleh setiap muslim. Mana mungkin, misalnya, Yesus AS atau Uzair AS atau Sidharta Gautama yang terdiri dari daging dan darah serta perlu makan minum seperti manusia-manusia lainnya itu, adalah Tuhan Sang Pencipta.
Logika sederhana akan mengatakan bahwa jika "tuhan" itu adalah sesuatu yang seperti dengan kita, sementara kita sadar bahwa kita ini diciptakan oleh Tuhan, maka jangan-jangan "tuhan" itu juga diciptakan oleh Tuhan, bukan?
Logika sederhana akan mengatakan bahwa jika "tuhan" itu adalah sesuatu yang seperti dengan kita, sementara kita sadar bahwa kita ini diciptakan oleh Tuhan, maka jangan-jangan "tuhan" itu juga diciptakan oleh Tuhan, bukan?
Sementara itu, al-Quran pun menegaskan bahwa Allah itu "laisa kamitslihi syai'un" (Asy Syuura: 11), tidak ada sesuatu keserupaanpun yang menyerupai-Nya, maka Allah tidak seperti apapun. Hal ini dipertegas ayat Quran lainnya (an-An'aam), "laa yudrikuhul abshaar", tidak ada pandangan mata yang bisa melihat-Nya. Maka, ini pun menolak Tajsim dan Tasybih halus, sebab hakikatnya Tajsim dan Tasybih itu, halus ataupun kasar, adalah menganggap Allah itu punya badan/jisim dan serupa dengan mahluk-Nya. Semua orang yang berpahaman Tajsim dan Tasybih, meskipun yang paling halus sekalipun, sebenarnya sama saja dengan mengulangi kesalahan umat-umat terdahulu yang menganggap mahluk sebagai Tuhan Sang Pencipta. Maa lahum bihi min 'ilmiw wa laa ila abaaihim, kaburat kalimatan takhruju min afwahihim, iyyakuuluuna illa kadziba (al-Kahfi).
Keserupaan kesalahan ini adalah berupa: menganggap Dia bisa dilihat oleh mata fisikal, yang berarti Dia punya fisik meskipun gimana bentuknya hanya Dia yang tahu, dan Dia terbatas oleh penglihatan mata fisikal; dan Dia terikat ruang dan waktu ketika Dia perlu DUDUK di atas 'arsy dan perlu TURUN dari 'arsy ke langit dunia pada waktu-waktu tertentu (malam nisfu Sya'ban ataupun sepertiga malam terakhir).
Subhaanallahi 'ammaa yushrikun, kata Quran (al-Hasyr). Semoga, dengan menyadari kesalahan Tajsim dan Tasybih, yang sebenarnya sudah sedemikian banyaknya diperingatkan oleh Al Quran maupun akal, kita semua terhindar dari jebakan-jebakan non-tauhid.
Wallahu a'lam
0 komentar:
Posting Komentar