Sabtu, 05 November 2016

MENGAKU MUSLIM TAPI IKUT MEMUSUHI ISLAM

Jika ber-Islam hanya kita artikan sebagai ketaatan melaksanakan ibadah ritual semata, risiko yang digambarkan banyak ayat al-Qur'an tidaklah perlu ditakutkan. Orang kafir akan membiarkan ummat Islam tenggelam dalam ritual ibadahnya.
Mereka tidak peduli apakah kita menjalankan shalat lima waktu atau ditambah ribuan rakaat shalat-shalat sunnah yang lain.          
Mereka tak hirau, apakah kita menjalankan puasa Ramadhan atau ditambah Senin dan Kamis sepanjang tahun.
Mereka tidak peduli, apakah umat Islam melimpah ruah pergi berhaji setiap tahun.
Selama tidak beranjak dari ibadah ritual, selama itu pula ummat Islam akan aman-aman saja.
Akan tetapi jika sudah mulai bergerak ke soal amar ma'ruf nahi munkar, mengkait-kaitkan agama dengan berbagai masalah kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun sosial budaya, maka pada saat itu kaum kafir langsung ambil ancang-ancang. Apalagi jika ummat Islam kemudian berbicara mengenai Politik dan Pemerintahan Islam.
Ketika kita tenggelam dalam ibadah dan kekhusyu'an, mereka tidak peduli. Bahkan kalau perlu mereka akan ikut juga membangunkan sarana ibadah lengkap dengan segala fasilitas dan kemegahannya.
Pada saat seperti itu, kita memang tidak bersinggungan sama sekali dengan kepentingannya.
Akan tetapi persoalan akan menjadi lain jika kita mulai bicara tentang negara, bagaimana menata negara sesuai dengan mandat yang telah diberikan Allah kepada kita.
Maka pertentangan segera terjadi.
Padahal kita tahu bahwa Islam bukan hanya mengajarkan ibadah ritual semata. Malah ajaran ritual dalam Islam tidak lebih dari 10 persen saja. Sembilan puluh persen sisanya berbicara soal kehidupan, baik di dunia maupun akhirat. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Tidak satu sisi kehidupanpun yang vakum dari ajaran Islam.
Di sinilah letak persoalannya. Mereka berharap agar ummat Islam tidak membawa-bawa agamanya ke pentas kehidupan, padahal yang demikian itu mustahil bagi kita.
Agama bagi mereka adalah urusan pribadi-pribadi (privat), tapi bagi kita sebaliknya, agama menjangkau batas-batas privat, publik, dunia global, bahkan hingga ke akhirat.  Karenanya, Islam itu merupakan tuntunan agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, sekaligus sebagai ideology yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam semesta.
Kaum sekuler jelas tak sepakat dengan pendirian itu. Mereka menghendaki agar urusan Negara tidak dicampur dengan urusan agamanya. Bagi mereka, cukuplah agama hanya mengatur urusan akhirat, sementara urusan dunia biar diurus dengan ideologi dunia. Mereka menghendaki agar ummat Islam cukup mengurus masjid saja, sementara urusan negara diserahkan kepada orang lain yang lebih acuh terhadap aturan agama.

Kepada mereka harus kita jawab bahwa dunia dan akhirat adalah milik Allah. Bumi dan langit beserta seluruh yang ada di antara keduanya adalah milik-Nya dan berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Sedangkan kita hanyalah orang yang diberi mendat untuk mengatur kehidupan di dunia sesuai dengan kehendak-Nya.

ingin baca selangkapnya silahkan di unduh di link bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com