اللهُ
أكْبَرُ × 9
اللهُ
أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ
اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللهم
صل عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا
بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوىَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’âsyira
al-Muslimîn Rahimakumullâh
Hari ini kita kenang kembali manusia agung
yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as
beserta keluarganya; Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat
kita bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil pelajaran dan keteladanan
darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang
baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al
Mumtahanah [60]:4).
Dalam kehidupan Nabi Ibrahim as, paling
tidak ada tiga hal yang harus kita teladani
Pertama adalah komitmen yang kuat kepada Allah
swt yang kemudian melahirkan ketaatan.
kisah
tentang ketaatan Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail as, dalam
menjalankan perintah Allah Swt. Adalah kisah tentang puncak
ketaatan . yaitu Ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk
menyembelih putranya, keduanya segera bergegas melaksanakan perintah Allah. Tak
tampak sama sekali keraguan, apalagi keengganan atau penolakan. Keduanya dengan
ikhlas menunaikan perintah Allah Swt, meski harus mengurbankan sesuatu yang
paling dicintainya. Ibrahim rela kehilangan putranya, dan Ismail tak keberatan
kehilangan nyawanya. Peristiwa agung ini pun diabadikan dalam al-Quran agar
menjadi teladan bagi manusia di sepanjang masa. Allah Swt berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ
السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (TQS. al-Shaffat [37]: 102).
Pengorbanan
yang luar biasa itu pun membuahkan hasil. Tatkala ketaatan mereka telah
terbukti, perintah penyembelihan itu pun dibatalkan. Sebagai gantinya, Allah
Swt menebusnya dengan sembelihan hewan. Karena mereka telah lulus dari al-balâ’
al-mubîn (ujian yang nyata), mereka pun mendapatkan balasan yang
besar. Allah Swt berfirman:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ
لِلْجَبِينِ، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا
إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ،
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (TQS. Shaffat [37]: 103-107).
Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd
Ma’âsyira al-Muslimîn Rahimakumullâh,
Kisah ini menggambarkan komitmen
yang begitu kuat kepada Allah swt yang kemudian melahirkan ketaatan. Ketundukan,
pengorbanan, dan keberhasilan mereka, yang seharusnya
menjadi teladan bagi kita.
Sebagaimana
Nabi Ibrahim as, kita pun menerima berbagai kewajiban yang harus dikerjakan.
Bagi kita, kewajiban itu juga merupakan al-balâ’ al-mubîn (ujian yang nyata). Siapa pun
yang bersedia tunduk dan patuh menjalankan kewajiban itu, maka mereka adalah
orang-orang yang selamat dan sukses. Sebaliknya, mereka yang membangkang
darinya adalah orang-orang yang gagal dan celaka.
Di antara
kewajiban itu adalah menerapkan syariah-Nya dalam kehidupan. Allah Swt
berfirman:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا
أَنْزَلَ اللهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ
عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِلَيْكَ
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di
antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu (TQS. al-Maidah [5]: 49).
Seruan
ini, bertebaran dalam banyak ayat dan Hadits. Kewajiban tersebut kian tegas
dengan adanya larangan bagi setiap Mukmin untuk mengambil dan menerapkan hukum
lain yang tidak berasal dari-Nya. Jika tetap bersikukuh menjalankan hukum
selaih syariah, maka bisa terkatagori di antara salah satu kemungkinan: kafir,
dzalim, atau fasik (QS al-Maidah [5]: 44, 45, dan 47).
Syariah yang
diwajibkan atas kita itu bersifat total dan menyeluruh, baik menyangkut hubungan
manusia dengan Sang Pencipta yang berupa hukum-hukum ibadah; hubungan manusia
dengan dirinya sendiri yang tercakup dalam hukum-hukum makanan, pakaian, dan
akhlak; maupun hubungan antar sesama manusia yakni hukum-hukum mu’amalat yang meliputi sistem
pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pergaulan, strategi pendidikan, dan
politik luar negeri; danuqubat yang memberikan ketentuan mengenai sanksi-sanksi terhadap
setiap pelaku kriminal.
Keseluruhan
syariah itu wajib kita terapkan. Tidak boleh ada yang diabaikan, ditelantarkan,
apalagi didustakan. Tindakan mengimani sebagian syariah dan mengingkari
sebagian lainnya hanya. akan mengantarkan kepada kehinaan di dunia dan azab
yang pedih di akhirat. Allah Swt berfirman:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ
الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ
إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى
أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Apakah kamu beriman kepada sebahagian
al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang
yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.(TQS. al-Baqarah [2]: 85).
Ma’âsyira
al-Muslimîn Rahimakumullâh
Ketundukan
kepada Allah Swt dan ketaatan menjalankan perintah-Nya memang membutuhkan
pengorbanan, baik waktu, tenaga, harta, bahkan jiwa. Akan tetapi kita tidak
perlu khawatir. Pengorbanan itu pasti akan membuahkan hasil. Allah Swt akan
memberikan pertolongan-Nya jika kita bersungguh-sungguh menolong agama-Nya.
Allah Swt berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (TQS. Muhammad [47]: 7).
Jika
demikian janji-Nya, maka tak pantas lagi kita merasa ragu atau takut. Sebab,
pertolongan sesunguhnya hanya di tangan Allah Swt. Maka siapa saja yang
ditolong Allah Swt, tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkannya.
Sebaliknya, jika Allah Swt menghinakannya, tidak ada seorang pun yang dapat
menolongnya. Allah Swt berfirman:
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا
غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ
بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah
orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal (TQS. Ali ‘Imran [3]: 160)
Komitmen, ketaatan dan ketundukan yang kuat ini ditunjukkan oleh Nabi
Ibrahim as sejak masih muda sampai tua, bahkan sampai mati. Ini bisa kita simpulkan dari kisah tentang penghancuran
berhala yang dilakukan Ibrahim saat ia masih muda belia dan bandingkan dengan
pelaksanaan perintah menyembelih Ismail yang sudah tua. Kenyataan ini menunjukkan
banyak orang tidak taat pada perintah-perintah Alloh pada usia muda dan namun baru
mau menjalankan perintahnya pada usia tua, ini cukup baik, ada pula yang sejak
muda sampai tua tidak mau menjalankan perintahnya, dan yang sangat tragis
adalah saat muda ia rajin menjalankan perintah alloh seperti sholat , dll, namun saat tua ia justeru meninggalkan
semua perintah alloh malah tenggelam dalam kemaksiatan
Kedua, pelajaran
yang kita ambil dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah tidak
kompromi kepada syaitan dengan segala nilai-nilai kebatilan yang dihembuskan
dan diajarkannya. Karena itu godaan syaitan harus dihalau dan tidak dituruti,
bahkan syaitan harus kita jadikan sebagai musuh abadi yang selalu diwaspadai
setiap saat dan tempat, karena itu dalam ibadah haji ada kewajiban melontar
yang melambangkan permusuhan kepada syaitan, Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا
فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُبِينٌ
Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan$ janganlah kamu
turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu. (QS Al Bacará [2]:208).
Oleh karena itu,
dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, hal itu tidak boleh membuat kita
menjadikannya sebagai alasan untuk menghalalkan segala cara, sedangkan bagi
yang mengalami kesenangan hidup tidak akan sampai lupa diri, susah dihadapi
dengan kesabaran dan senang dijalani dengan rasa syukur kepada Allah swt,
inilah yang membuat seorang mukmin menjadi pribadi yang mengagumkan, Rasulullah
saw bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ لَخَيْرٌ وَلَيْسَ ذَالِكَ
لأَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ انْ اَصَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
وَاِنْ اَصَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Menakjubkan urusan
orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya dan tidak ada yang
demikian itu bagi seseorang selain bagi seorang mukmin. Kalau ia memperoleh
kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya. Kalau ia tertimpa kesusahan, ia
sabar dan itu baik baginya (HR. Ahmad dan Muslim).
Pelajaran dari Nabi
Ibrahim yang Ketiga adalah kelangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai
Islam. Pada diri Nabi Ibrahim as terdapat kekhawatiran yang sangat dalam bila
tidak ada generasi baru yang akan melanjutkan penyebaran nilai-nilai yang
datang dari Allah swt.
Oleh karena itu,
setiap kita punya keharusan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah, dakwah dalam
arti yang luas yakni mengajak, menyeru dan memanggil manusia untuk beriman dan
taat kepada Allah swt dengan berbagai cara yang baik. Tugas ini merupakan tugas
yang penting dan mulia karena ini adalah tugas para nabi, dan rosul dan tugas
yang amat dibutuhkan oleh manusia, siapapun membutuhkan dakwah. orang baik
membutuhkan dakwah apalagi orang yang belum baik. Namun untuk melaksanakannya
amat dibutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, dana dan segala yang kita miliki.
Oleh sebab itu, manakala kita melaksanakan tugas dakwah dan orang yang kita
dakwahkan menjadi baik, maka pahala kebaikannya akan kita dapatkan juga, namun
jika belum mau menerima ajakan dakwah kita , kitapun tetap mendapat pahala.
Dalam kamus perjuangan dakwah. Tidak ada perjuangan yang gagal. Diterima atau
tidak ajakan dakwah kita Alloh tetap memberi
pahala. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرِ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِفَاعِلِهِ.
Barangsiapa yang
menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya
(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi).
Dalam situasi dan
kondisi kehidupan diri, keluarga dan masyarakat kita sekarang, nilai-nilai
pelajaran yang begitu banyak dari para Nabi menjadi amat penting untuk kita
gali dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga perjalanan hidup
kita selalu dalam kebaikan dan kebenaran.
Demikianlah khutbah
yang dapat kami sampaikan , semoga bermanfaat kepada kita semua. Amin
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحن الرحيم
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ {1} فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ {2} إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَ الْأَبْتَرُ
جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين وأدخلنا وإياكم في عباده الصالحين
وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين واستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا
وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ
اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ الْحِساَبِ وَمُحْزِمَ اْلأَحْزَابِ
اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ
وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ وَالشُيُوْعِيِّيْنَ
وَاَشْيَاعَهُمْ وَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ تَحْرِيْرَ بِلاَدِ فَلَسْطِيْنِ وَاْلأَقْصَى،
وَالْعِرَاقِ، وَالشَّيْشَانَ، وَأَفْغَانِسْتَانَ، وَسَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ نُفُوْذِ الْكُفَّارِ الْغَاصِبِيْنَ وَالْمُسْتَعْمِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى
نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ اسلامية عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ
مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِعِبَادَاللهِ !
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
0 komentar:
Posting Komentar